sepertinya memang bisa dikatakan hal yang sangat manusiawi apabila manusia cenderung mencari untung yang sebesar-besarnya tanpa mengindahkan nilai dan norma yang diharapkan sebagai pembatas aktivitas manusia. hal manusiawi tersebut kemudian bermuara pada kerserakahan untuk memperkaya diri dan kelompok. hal ini juga mendera pada pemilik media. mereka mencari untung lewat media miliknya yang memprioritaskan rating tinggi akibat selera tontonan masyarakat yang rendah. dengan menerima untung besar lewat iklan, mereka terus meracuni pikiran masyarakat dengan tontonan murahan, tidak berkelas, rendah kualitas, bahkan cenderung melakukan pembodohan dan memberikan contoh buruk yang berakibat rusaknya moral remaja dan anak-anak.
sumber: google.com |
sebut saja beberapa sinetron, seperti anak jalanan dengan motor mahal, padahal istilah anak jalanan lumrah dipakai kpd anak2 yg menggantungkan hidup di jalanan, bukan anak manja hobi tawuran dan hanya menghabiskan harta orang tua. kemudian harimau jadi-jadian yang sangat stylish hidup di hutan, penampilan dan gaya mereka bahkan mengalahkan gaya anak-anak Paris Van Sumatera alias Bukittinggi. dengan bahasa yang indomi (Indonesia-Minang) ala artis ibu kota yang menjijikkan, sudah sangat jauh dari legenda keberadaan Inyiak di ranah Minang. adalagi tukang bubur yang sudah haji, sudah mati, tapi filemnya masih ada hingga kini. padahal tidak ada lagi esensi antara perjuangan seorang tukang bubur yang berusaha menyempurnakan imannya dengan naik haji dlm film tsb karena si tukang bubur sudah mati di tanah tempat haji.
pada akhirnya, orang tualah yang dituntut cerdas dalam memberikan izin dan pengawasan kepada anak-anak mereka. gerakan kesadaran seperti yang digagas oleh anggota DPD RI berdarah Minang-Bugis, Fahira Idris seperti gerakan TV sehat atau apalah namanya sepertinya layak untuk diterapkan. dengan menggunakan sedikit otorita sebagai orang tua, saya rasa akan sangat mudah untuk melakukan kontrol atas tontonan anak-anak. namun gerakan tsb jangan hanya diterapkan kepada anak-anak. orang tua terlebih dahulu harus membersihkan tontonan mereka dari siaran-siaran antah berantah yang gak jelas dan lebih banyak efwk buruknya agar pemberian contoh dan filter thd tontonan keluarga berjalan dengan baik.
sebenarnya masih sangat banyak siaran yang tidak layak tonton yang tidak saya sebutkan, lihat saja beberapa film impor yang sangat susah untuk diberikan penilaian dengan predikat bagus, mendidik atau hanya sekedar layak. tapi tujuan status ini bukanlah utk mengkritisi film2 di televisi. tentu saja saya berharap adanya transfer kegelisahan melihat media media di nusantara. media yang diharapkan menjadi salah satu garda depan pencerdasan bangsa, sumber informasi dan berita sekarang telah menjelma menjadi media kampanye, propaganda dan hasutan serta untuk mendiskreditkan kelompok-kelompok yang tidak disukai pemiliknya. alhasil, sering berita hoax dan konten-konten fitnah yang kita temukan. ditambah lagi siaran-siaran yang katanya hiburan untuk keluarga namun hanya memberikan pengaruh negatif kpd kesehatan mental anak.
disadari atau tidak, efek negatif film-film yang ditonton anak2 pasti akan terasa. makanya, berubahlah kepada hal-hal yang baik, mulai dari hal kecil dan dimulai dari sekarang. kalau perlu, boikot siaran2 pembodohan di tv anda.. haha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar